RESUME
JURNAL : EDUKASI DIABETES MELITUS DENGAN METODE KELOMPOK
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
kronis gangguan metabolik yang terjadi di dalam tubuh karena terjadi
peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin,
kerja insulin yang tidak adekuat, atau bahkan keduanya.6 Dalam
beberapa kejadian komplikasi, penyakit diabetes melitus dapat menurunkan
kualitas kesehatan seseorang dan meningkatkan faktor kematian.1 Berdasarkan
teori Orem tahun 2001, dijelaskan bahwa pendidikan kesehatan merupakan salah
satu faktor dasar yang dapat mengkondisikan seseorang untuk dapat meningkatkan
kemampuan seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang berhubungan dnegan perawatan diri.6 Selain itu, perawatan diri
diabetes merupakan suatu program atau tindakan yang harus dijalankan sepanjang
kehidupan klien dan menjadi tanggungjawab penuh bagi setiap penderita diabetes.
Tujuan dari pemberian pendidikan kesehatan terhadap penderita Diabetes Melitus adalah
untuk mengoptimalkan kontrol metabolik, kadar gula darah pasien dan resiko
vaskular, membantu pasien untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai
diabetes, praktek perawatan diri, koping, kemampuan, dan juga mencegah
terjadinya komplikasi penyakit akut dan kronis.1, 2, 5
Pemberian pendidikan kesehatan terhadap
perawatan diri penderita diabetes melitus dapat dilakukan dengan metode
kelompok ataupun individual. The Centers for Medicare and Medicaid Services
(CMS) merekomendasikan jumlah partisipan dalam pemberian pendidikan kesehatan
diabetes melitus adalah sebanyak 2 sampai 20 orang dalam satu kelompok dan
rata-rata sebanyak 10 pasien. Dalam jurnal lain juga disebutkan bahwa jumlah
partisipan yang ideal adalah sebanyak 8 sampai 10 pasien.2, 4
Penelitian dan studi kasus yang
dilakukan dalam jurnal-jurnal tersebut menjelaskan kelebihan dari pemberian
pendidikan kesehatan diabetes melitus dengan metode kelompok dibandingan metode
individual. Penderita diabetes melitus yang mengikuti metode individual lebih
sering untuk pergi ke ruang gawat darurat karena hipo/hiperglikemi atau
kejadian ulkus pada kaki dibandingkan dengan penderita diabetes yang mengikuti
metode kelompok. Selain itu penderita diabetes melitus dengan metode kelompok
memiliki kejadian komplikasi akut yang lebih sedikit dibandingkan dengan
penderita diabetes melitus dengan metode individual. Dalam beberapa penelitian
menyebutkan bahwa pemberian edukasi dengan metode kelompok dapat memberikan
dampak yang lebih besar dibandingkan dengan metode individual karena durasi
diskusi yang dilakukan akan lebih lama dan informasi yang didapatkan akan lebih
berguna dibandingkan dengan metode konseling secara individual, hal ini
dikarenakan dalam metode kelompok penderita diabetes memiliki suatu kesamaan
sehingga dapat saling mendiskusikan permasalahan yang dialami. Dalam jurnal
lain juga dijelaskan bahwa pemberian edukasi dengan metode kelompok dapat
meningkatkan motivasi untuk mengkontrol kadar gula darah, menjaga aktivitas
fisik, dan mendapatkan medikasi. 1, 3 Selain itu, metode kelompok
juga memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih hemat biaya dibandingkan dengan
metode individual. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa metode kelompok lebih
efektif dalam meningkatkan level puasa untuk menjaga kadar gula darah,
hemoglobin A1c(A1C), tekanan darah sistolik, berat badan, kebutuhan
medikasi, dan pengetahuan diabetes, penderita diabetes yang mengikuti metode
kelompok juga mendapatkan suatu kepuasan yang lebih besar atas pengobatan yang
dilakukan. Studi lain menjelaskan bahwa penderita diabetes yang
mengikuti pendidikan kesehatan cenderung dapat merubah perilaku diet dan gaya
hidupnya.4
Berdasarkan penelitian-penelitian yang
telah dilakukan dalam artikel jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pemberian pendidikan kesehatan terhadap penderita diabetes dapat memberikan
suatu pengaruh bagi kehidupan penderita diabetes. Pendidikan kesehatan tersebut
dapat berupa konseling secara individual ataupun dengan metode kelompok. Dalam
hal ini metode kelompok memiliki banyak kelebihan dan lebih efektif
dibandingkan dengan metode individual.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Hwee J,
Cauch-dudek K, Victor JC, Ng R, Shah BR. Diabetes education through group
classes leads to better care and outcomes than individual counselling in
adults: A population-based cohort study. Can J Public Heal. 2014;105(3).
2. Tang TS, Funnell MM, Anderson RM. Group
education strategies for diabetes self-management. Diabetes Spectr.
2006;19:99–105.
3. Rosenbek Minet LK, Wagner L, Lønvig EM,
Hjelmborg J, Henriksen JE. The effect of motivational interviewing on glycaemic
control and perceived competence of diabetes self-management in patients with
type 1 and type 2 diabetes mellitus after attending a group education
programme: a randomised controlled trial. Diabetologia [Internet].
2011;54:1620–9. Available from: http://link.springer.com/10.1007/s00125-011-2120-x
4. Rise MB, Pellerud A, Rygg LØ, Steinsbekk
A. Making and Maintaining Lifestyle Changes after Participating in Group Based
Type 2 Diabetes Self-Management Educations: A Qualitative Study. PLoS One
[Internet]. 2013;8(5):e64009. Available from: http://dx.plos.org/10.1371/journal.pone.0064009
5. Norris SL, Nichols PJ, Caspersen CJ,
Glasgow RE, Engelgau MM, Jack L, et al. Increasing diabetes self-management
education in community settings: A systematic review. Am J Prev Med.
2002;22(02):39–66.
6. Apriani S, Raksanagara AS, Sari CiWiM.
Pengaruh program edukasi dengan metode kelompok terhadap perilaku perawatan
diri pasien diabetes melitus tipe 2. 2012;